Labels:
Berita Internasional
VIVAnews - Bagi media massa di Amerika Serikat (AS), Mahmoud Ahmadinejad merupakan 'sumber berharga' yang patut diwawancara. Namun, alih-alih memojokkan Ahmadinejad, mereka malah dibuat tak berkutik oleh presiden Iran itu.
Dianggap sebagai musuh Amerika, Ahmadinejad justru menyambut tawaran wawancara khusus dari media-media terkemuka asal Negeri Paman Sam. Namun pengamat media AS mengakui bahwa pemimpin berusia 53 tahun itu lihai memutarbalikkan situasi.
Pengamat dari American Jewish Committee, Kenneth Bandler, memperhatikan bahwa sejumlah jurnalis televisi ternama di AS termakan oleh kelihaian Ahmadinejad. Saat mereka mencoba memojokkan Ahmadinejad dengan pertanyaan-pertanyaan kritis menyangkut isu senjata nuklir, terorisme, dan Israel, dia malah balik bertanya kepada mereka.
Sejumlah jurnalis televisi senior seperti George Stephanopoulos, Katie Couric, Mike Wallace hingga Larry King pernah merasakan serangan balik Ahmadinejad.
'Mereka yang pernah berpengalaman dalam pasar Timur Tengah - dimana tawar-menawar menjadi aturan main - pasti teringat ketika menyaksikan wawancara-wawancara [dengan Ahmadinejad] itu bahwa orang-orang Iran sangat piawai dalam menjaga kesabaran dan bernegosiasi,' tulis Bandler di laman stasiun televisi Fox News.
'Apakah para bintang media Amerika itu berpikir bahwa mereka bisa mencapai terobosan dengan Iran melalui cara-cara yang tidak bisa dilakukan oleh pemerintah di Eropa maupun pemerintahan Obama?' lanjut Bandler.
Dia memaparkan sejumlah contoh dimana sejumlah jurnalis senior dibuat 'mati kutu' oleh Ahmadinejad dalam suatu wawancara eksklusif untuk stasiun televisi ABC. Presenter acara 'Good Morning America' itu mewawancara Ahmadinejad saat menghadiri sidang PBB mengenai isu nuklir di New York Mei lalu.
Stephanopoulos, ungkap Bandler, saat itu berupaya mencecar Ahmadinejad mengenai kecurigaan bahwa Iran berupaya membangun senjata nuklir dan oleh karena itu melanggar Traktat Non Proliferasi Nuklir, dimana Iran turut menjadi negara peserta. Kecurigaan itulah yang membuat AS getol merancang sanksi Dewan Keamanan PBB atas Iran.
Ahmadinejad pun bertanya balik kepada Stephanopoulos ketika mendapat pertanyaan apakah Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, merupakan musuhnya. 'Apa Anda pikir Ibu [Hillary] Clinton itu sahabat Iran?' tanya Ahmadinejad.
Pewawancara pun berupaya kembali kepada pertanyaan awal. Namun, Ahmadinejad tetap pada pertanyaan yang dia buat kepada Stephanopoulos. 'Tapi, saya ingin bertanya, apakah Ibu Clinton sahabat Iran, menurut Anda? Sebagai orang Amerika, Anda tahu kan pejabat Anda,' kata Ahmadinejad. Stephanopoulos pun tidak berhasil mencecar Ahmadinejad dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
Pada September tahun lalu, presenter senior CNN, Larry King, turut diajak adu debat oleh Ahmadinejad. Saat itu, King menanyai Ahmadinejad mengenai kontroversi peristiwa Holocaust - yaitu era pembantaian kaum Yahudi Eropa oleh Nazi semasa Perang Dunia Kedua.
Ahmadinejad lalu bertanya balik, apakah Anda Yahudi? King menegaskan ya. Namun dia tidak langsung mengoreksi pernyataan Ahmadinejad sebelumnya mengenai kontroversi historis bahwa keberadaan Israel bukan berasal konsekuensi dari Holocaust, namun berakar dari Yudaisme dan keterikatan orang-orang Yahudi atas tanah perjanjian mereka.
Pengasuh acara '60 Minutes,' Mike Wallace, juga pernah meladeni Ahmadinejad. Pada 2006, dia terbang ke kediaman Ahmadinejad untuk suatu wawancara khusus. Ini sekaligus menjadi 'kartu as' bagi Ahmadinejad karena sebagai tuan rumah dia bisa mengendalikan situasi.
Situasi itulah yang terjadi. Saat diwawancara Wallace, Ahmadinejad pun menyuguhkan jawaban yang sangat panjang. Ketika jurnalis senior itu memohon kepada Ahmadinejad untuk menyampaikan jawaban yang ringkas dan padat, Ahmadinejad justru balik mengeluh. "Semua pertanyaan Anda memerlukan jawaban yang setebal buku," kata Ahmadinejad kepada Wallace.
'Kalau Anda ingin saya cuma menyelesaikan wawancara dengan cepat, bilang saja dan kita bisa selesai sekarang juga. Apakah Anda ingin saya mengucapkan apa yang menjadi keinginan Anda?' tanya Ahmadinejad. 'Tidak, tidak,' kata Wallace.
'Makanya, saya minta Anda untuk tolong bersabar,' kata presiden Iran itu. 'Mungkin hari-hari ini kalian tidak punya cukup banyak kesabaran yang tersisa. Mungkin kata-kata ini yang tidak mau Anda dengar, Mister Wallace,' lanjut Ahmadinejad.
Saat ditanya Wallace mengenai dugaan bahwa Iran menyediakan senjata bagi kelompok Hisbullah, Ahmadinejad pun langsung memotong. 'Kamu ini perwakilan rezim Zionis atau jurnalis?' 'Saya jurnalis,' kata Wallace.
Kendati sudah mendengar pengalaman pahit dari sejumlah wartawan senior, bukan berarti Ahmadinejad tidak laku lagi diwawancara. Bahkan, saat Ahmadinejad kembali ke New York pekan ini untuk menghadiri sidang tahunan Majelis Umum PBB, dia mendapat permohonan wawancara dari media AS.
Diantaranya, stasiun televisi ABC dan kantor berita Associated Press. Dalam wawancara satu jam, Ahmadinejad menjawab pertanyaan-pertanyaan menyangkut topik yang sudah-sudah: permusuhannya dengan AS, isu proliferasi senjata nuklir, dan demokrasi.
Selama wawancara berlangsung, Ahmadinejad berbicara dengan bahasa Parsi sehingga wartawan AP perlu didampingi seorang penerjemah bahasa Inggris. Namun, bukan berarti Ahmadinejad tidak paham bahasa Inggris.
Menurut pewawancara, presiden Iran itu tampak mengerti saat ditanya dalam bahasa Inggris, walau dia menjawabnya dalam bahasa Parsi setelah dialihbahasakan oleh penerjemahnya. Dia bahkan terlihat beberapa kali mengoreksi penerjemahnya, yang dianggap kurang tepat mengalihbahasakan jawaban dia dari bahasa Parsi ke bahasa Inggris.
0 comments: