Labels:
Artikel,
Tips n Trik
Pengertian umum kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yang yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma. Sedang pengaruh kontrasepsi pada proses reproduksi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi, dan menghambat implantasi.
Sampai saat ini, obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak digunakan adalah dari golongan steroida. Hampir semua jenis obat tersebut adalah hasil sintesis di laboratorium. Memang tidak semuanya dibuat secara sintesis total, tetapi paling tidak obat tersebut merupakan hasil dari parsial sintesis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut juga berubah drastis, sehingga mengakibatkan beberapa efek samping yang merugikan.
Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat terutama di beberapa dareah di Indonesia. Penggunaan kontrasepsi tradisional banyak ditemukan di daerah pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan nenek moyangnya.
Dari beberapa pustaka dan penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-tanaman yang digunakan sebagai kontrasepsi tersebut mengandung senyawa-senyawa yang bersifat antifertilitas, antiesterogenik, dan antiimplantasi baik terhadap pria, wanita, maupun untuk keduanya.
Dari penelitian terhadap tanaman-tanaman tersebut, ternyata banyak diantaranya mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, tanin, dan minyak atsiri.
Penggunaan kontrasepsi yang berasal dari tanaman perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap sistem reproduksi pria dan wanita. Ada beberapa tanaman yang dapat mengakibatkan kemandulan, tetapi ada pula tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi bersifat sementara sehingga jika tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya kembali normal dan tidak terjadi kemandulan.
Tanaman Obat yang digunakan Sebagai Kontrasepsi Tradisional
Terdapat banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi, antara lain:
a. Pare (Momordica charantia)
Tanaman pare mengandung senyawa golongan flavonoid yang dapat menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon tertosteron. Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek umpan balik negatif ke hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH dan LH, sehingga akan menghambat spermatogenesis.
Enzim tersebut juga mengkatalisis perubahan testosteron ke estradiol sehingga mepengaruhi proses ovulasi. Ekstrak pare (khususnya biji) juga mengandung senyawa sitotoksik seperti saponin, momordikosida triterpen, dan cucurbitacin yang dapat menurunkan kualitas dan jumlah sel sperma.
b. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit mengandung senyawa golongan terpen dan minyak atsiri yang bekerja pada proses transportasi sperma. Minyak atsiri dapat menggumpalkan sperma sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup sperma, akibatnya sperma tidak dapat mencapai sel telur dan pembuahan dapat tercegah.
Kunyit juga mengandung tanin yang kerjanya hampir sama dengan minyak atsiri yaitu menggumpalkan semen.
.
c. Kacang Ercis (kacang polong)
Minyak kacang ercis atau kacang polong efektif dalam manghalangi aktivitas spermatozoa karena mengandung senyawa m-xilohidroksiquinon. Senyawa ini digolongkan dalam senyawa antifertilitas nonsteroida. Untuk membatasi kehamilan, dianjurkan mengkonsumsi kacang ercis 200-250 gram pada hari ke 16 dan 21 siklus haid.
d. Kapas (Gossypium sp.)
Biji kapas yang diolah menjadi minyak merupakan salah satu kontrasepsi pria karena mengandung senyawa gosipol yang berperan mengurangi kesuburan sperma.
.
.
e. Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis)
Ektrak kembang sepatu memiliki sifat antiestrogenik, yakni mengganggu aktivitas hormon reproduksi pada wanita dan pria. Pada pria, air rebusan kembang sepatu dapat memberikan efek menghambat produksi sperma, mengganggu kesetimbangan hormon reproduksi (progesteron), mengganggu fungsi endokrin, dan memperkecil ukuran testis. Tetapi pengaruh itu hanya timbul selama masih mengkonsumsi ekstrak.
.
.
f. Ki meyong (Mallotus philippensis)
Ki meyong mengandung senyawa rottlerin yang bersifat antifertilitas. Penggunaan senyawa ini dengan dosis 10 mg/kg berat badan, 100% efektif dalam menggagalkan pembuahan selama sepuluh hari.
g. Tanaman famili Leguminosae
Tanaman dalam famili ini kebanyakan mengandung senyawa sparteina yang telah banyak digunakan sebagai obat kontrasepsi formal oleh dokter.
h. Pacing (Costus speciosus)
Kandungan kimia yang ada di rimpang dan bijinya termasuk bahan baku obat kontrasepsi. Pacing dapat digunakan sebagai kontrasepsi pria dan wanita, karena kandungan steroid dalam pacing merupakan perkusor dan hormon estrogen yang salah satu kerjanya pada otot polos uterus merangsang kontraksi uterus, selain itu estrogen menurunkan sekresi FSH, pada sejumlah keadaan tertentu akan menghambat LH (reaksi umpan balik), sehingga mempengaruhi proses ovulasi.
i. Kemuning
Ekstrak kemuning dapat menurunkan kulaitas sperma manusia meliputi kemampuan gerak (motilitas), kemampuan hidup (viabilitas), dan integritas sperma. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam daun kemuning yang bersifat toksis, yaitu indol alkaloid.
j. Sirih (Piper betle)
Pemberian ekstrak daun sirih yang mengandung alkohol secara oral pada mempunyai efek antikesuburan. Menurut penelitian, pemberian dosis ekstrak yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sperma.
k. Kayu Secang (Caesalpinia sappan)
Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontrasepsi pria karena dapat menghambat spermatigenesis dan sistem hormon.
l. Tumbuhan Kamunah, Kontrasepsi Alami dari Kalteng
Kebiasaan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dalam menggunakan tumbuhan kamunah (Croton tiglium) sebagai obat untuk mengatur jarak kelahiran diakui sebagai obat kontrasepsi yang positif.
Demikian hasil penelitian terhadap tumbuhan kamunah yang dikemukakan Prof Dr H Ciptadi di Palangkaraya, Rabu, mengenai tumbuhan yang ternyata mengandung steroid dan terpenoid tersebut.
Suku Dayak, katanya, mengonsumsi serbuk dari batang atau air rebusan dari batang tumbuhan tersebut dan menjadikannya sebagai obat kontrasepsi tradisional. Menurut guru besar biokimia/kimia organik yang juga Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya (Unpar) Kalteng itu, kandungan steroid dan terpenoid dalam tumbuhan kamunah bisa dikembangkan menjadi obat-obatan untuk membantu masyarakat dalam menyukseskan program nasional Keluarga Berencana (KB).
Ia menjelaskan, pihaknya melakukan penelitian yang pada tahap awal dilakukan isolasi, identifikasi dari batang tumbuhan kamunah dengan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan, klorofom, dan etanol yang dapat memisahkan komponen-komponen senyawa metabolit sekunder.
Selanjutnya dilakukan kromatografi lapis tipis uuntuk mengetahui jumlah komponen senyawa yang ada pada ketiga ekstrak tersebut, kemudian dilakukan pemurnian dengan kromatografi kolom.
Tahap berikutnya dilakukan uji bioktivitas dengan brine shrimp, dan untuk senyawa yang aktif akan dilakukan penelitian tahap berikutnya, yaitu uji pra-klinik dengan mencit dan elusidasi struktur atau penentuan struktur dengan spektroskopi IR.UV.MS, 13 C-NMR dan 1H-NMR.
Berdasarkan uji fitokimia kandungan metabolit sekunder untuk ketiga ekstrak tersebut adalah positif untuk steroid dan terpenoid, dan dari analisis brine shrimp dan ketiga ekstrak tersebut menunjukkan senyawa yang sangat aktif dengan LC50.
Obat kontrasepsi oral yang efekif dan paling banyak digunakan sekarang ini berasal dari golongan steroid. Perbedaannya kalau menggunakan batang tumbuhan kamunah hampir tidak ada efek sampingnya. Walaupun demikian, penelitian ini masih terus dilanjutkan untuk membuat formula yang tepat supaya penggunaannya lebih efektif.
Kalteng memang kaya akan tumbuhan yang berpotensi obat, dan beberapa sudah dilakukan penelitian, termasuk tumbuhan sepang (Claoxylon polot men) yang diketahui mengandung obat diabetes serta tanaman sarang semut untuk beberapa jenis obat bagi kesehatan manusia.
Masih banyak lagi tanaman-tanaman lain yang dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi alami yang terdapat disekitar kita. Tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kebenaran tentang manfaat tumbuhan menurut masyarakat dengan uji farmakologi dan analisis zat aktif yang mendukung khasiatnya sebagai alat kontrasepsi alami.
Efek Penggunaan Bahan Alam Sebagai Alat Kontrasepsi Tradisional
Meski berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan alam) yang relatif sedikit efek samping, penggunaan kontrasepsi alami tetaplah harus hati-hati. Sebab, senyawa-senyawa yang berperan sebagai kontrasepsi dapat juga memberikan efek negatif jika pemakaian berlebihan dan tidak terkontrol.
Tidak semua tanaman aman digunakan untuk satu tujuan tertentu. Satu tumbuhan bisa mengandung puluhan, bahkan ratusan, senyawa kimia dengan beragan khasiat dan kegunaan. Sehingga dosis yang akan digunakan akan sangat mempengaruhi diperolehnya khasiat yang diinginkan dan efek yang tidak diinginkan.
Misalnya pada pria dapat mengakibatkan kemandulan (sterilitas) atau ketidakmampuan membuahi pada sperma, impotensi (disfungsi ereksi), dan kualitas sperma yang kurang baik atau cacat.
Penggunaan kontrasepsi untuk pria perlu juga diperhatikan daya spermisidnya, sebaiknya daya spermisidnya 100% dengan waktu yang singkat, sebab jika daya bunuhnya tidak 100% dikhawatirkan sperma yang abnormal bila sempat membuahi sel telur mengakibatkan janin akan abnormal.
Kehati-hatian juga diperlukan bagi wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi alami, karena beberapa jenis tanaman bersifat mendua. Ia dapat bersifat antifertilitas, tetapi juga dapat menyebabkan keguguran (abortifacien). Selain itu ada beberapa senyawa yang terdapat pada tumbuhan seperti minyak inggu, tansy, dan minyak savin, jika dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kontraksi berlebihan pada rahim sehingga dapat terjadi iritasi rahim.
Penggunaan bahan alam sebagai kontrasepsi secara terkontrol dan dalam batas dosis aman dan dianjurkan, tidak akan menyebabkan efek samping yang permanen. Seperti pada penggunaan ekstrak kembang sepatu, dapat memberikan efek menghambat produksi sperma dan mengganggu fugnsi endokrin. Efek tersebut hanya timbul selama pemberian ekstrak, jika pemberian dihentikan organ reproduksi kembali normal.
Penggunaan kontrasepsi alami dalam batas dosis aman yang dianjurkan, dapat menjadi alternatif dari alat kontrasepsi modern karena relatif lebih murah dan mudah didapat serta memiliki efek samping yang sangat sedikit dibandingkan dengan alat kontrasepsi modern (sintesis).
sumber : http://informasisehat.wordpress.com
0 comments: