Labels:
Islam
Sejarah sebenarnya hanyalah kumpulan kisah yang merekam fase kehidupan di sepengal masa. Tetapi, walaupun begitu, sejarah ternyata mampun menjadi landasan berpijak dan berpikir bagi generasi selanjutnya dalam memandang dan memformat kehidupan pada zamannya. Hal itu dimaksudkan agar kesalahan masa lalu tak terulang kembali dan bisa menempatkan langkah-langkah yang sudah positif. Sejarah yang dapat berpengaruh hebat ternyata tak pernah lepas dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan.
Data dan Fakta Pembantah Penemuan Columbus
Mengapa kesalahan tentang penemuan Columbus perlu diketahui? Bukankah hal itu sudah berlalu dan menancap pada pikiran dunia bahwa memang dialah penemunya?. Dalam buku Nuzhatul Musytaq karya Al-Idrisi diceritakan bahwa pada abad kesembilan masehi ada delapan orang pemuda Arab yang tinggal di Lisabon Portugal bersumpah untuk mengarungi samudera luas, lima abad sebelum Columbus berlayar ke Amerika. Pemuda itu telah berazam (berkeinginan kuat) untuk mengarungi samudera raya, maka dipersiapkanlah perbekalan dan perlengkapan. Mereka tercatat telah melanglang buana selama tigapuluh lima tahun. Sampailah mereka di pelabuhan sebuah pantai di perairan Meksiko (negeri antara Amerika Utara dan Amerika Selatan) dan mereka tinggal di sana disambut oleh penduduk pribumi dengan penuh kegembiraan dan antusias. Setelaah pulang, merekapun menceritakan segala pengalama mereka; apa-apa yang telah mereka lihat, mulai dari binatang, tumbuh-tumbuhan sampai kejadian-kejadian lainnya. Cerita dalam buku Al-Idrisi ini telah dijadikan rujukan oleh para ahli di bidang geografi zaman sekarang.
Tindakan merekapun menyelewengkan data dan fakta, sehingga frame (kerangka) berpikirpun menjadi menyimpang dari kebenaran.
Terlebih dari pihak pencinta kebenaran (baca: kaum Muslimin) jarang yang mampu menuliskan sejarah secara lurus. Akhirnya yang terjadi adalah ” amnesia sejarah”, yaitu penyakit budaya yang membuat orang kehilangan kesadaran sejarah. Bahkan kebanyakan orang lebih kenal kepada tokoh-tokoh penulis sejarah yang notabenenya tidak konsekuen atau fair dalaam menuliskan sejarah. Keberadaan negara-negara Islam ditimur yang pernah dijajah oleh Barat menjadi korban akan adanya distorsi sejarah baik yang berkenaan dengan sejarah negeri-negeri mereka maupun dunia internasional secara umum.
Memang, siapa yang berkuasa, dia mampu membuat prasasti (catatan sejarah) tentang eksitensi mereka dan peradaban kebanggaannya serta mengatakan sesuatu yang tidak semestinya pada pihak-pihak yang menjadi seterunya, atau pihak-pihak yang menjadi bawahannya. Padahal pembuatannya mengorbankan pihak-pihak yang selama itu tertindas. Salah satu kesalahan yang hingga kini masih menjadi pijakan tentang ” Penemuan Columbus terhadap Benua Amerika “.
Nama Columbus bagi masyarakat luas telah mengenal bahwa dia adalah orang yang pertama menemukan benua Amerika. Padahal anggapan itu sama sekali tidak benar. Sesungguhnya kebencian dan sikap anti yang dimiliki oleh Barat dan Eropa nampak ketika mereka menjajah negeri timur yang mayoritas Muslim. Barat telah memiliki anggapan bahwa tidak boleh dibiarkan Islam memegang sejarah dunia. Untuk itulah para ahli mereka dikerahkan untuk bisa memblokir seluruh informasi dan data tentang kejayaan Islam. Semangat kebencian itu mulai timbul sejak mereka kalah total dalam perang salib yang terjadi selama dua abad.
Perang salib yang telah banyak memberikan sumbangan manfaat itu tidak disyukuri oleh Barat, bahkan justru mereka melemparkan gelar negative bagi kaum Muslimin. Mereka ibarat, ” diberi air susu malah membalas air tuba “.
Kebangaan yang dilandasi atas kebencian itu mereka wariskan kepada generasi penerus mereka untuk terus memusuhi Islam. Merekapun berseboyan ” West is west and east is east ” (Barat adalah barat dan timur adalah timur). Dengan itulah mereka menulis sejarah mereka. Mereka menganggap bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik mereka, baik ilmu, filsafat, kebudayaan daan segala hasil kemajuan serta penemuan-penemuan. Bangsa lain tidak pernah berperan di dunia. Sebuah sikap arogan yang masih terwarisi hingga sekarang.
Mereka tidak malu-malu mengumandangkan diri mereka sebagai pelopor sejarah. Semua sejarah di dunia terutama yang ada kaitannya dengan dunia Islam mereka buang jauh-jauh, jangan sampai ada orang yang mengetahuinya. Mereka memanipulasi sejarah dunia, mereka menggangap bahwa sejarah hanya ada di barat dan dimulai dari barat.
Abad pertengahan mereka anggap sebagai abad bodoh dan tolol serta biadab. Padahal itu semua yang mengalaminya hanya bangsa mereka, karena kesalahan-kesalahan mereka. Sementara di bagian dunia yang lain telah ada budaya dan peradaban yang tinggi dan cemerlang, itulah peradaban Islam yang jaya. Tetapi hal itu tidak pernah diakui oleh Barat padahal mereka mengerti bahwa sebenarnya Islam pernah jaya di abad itu. Mereka selalu mengklaim bahwa merekalah yang paling beradab tapi nyatanya biadab dan kejam, modern dan senantiasa berorientasi pada kebenaran ilmiah tapi nyatanya merekalah yang bodoh dan tolol.
Propokasi barat yang menyesatkan tidak perlu ditanggapi secara emosional, tapi harus dilawan sikap yang ilmiah dan obyektif. Dengan usaha itulah penemuan-penemuan baru yang dipalsukan barat mulai terkuak kedoknya. Satu diantaranya adalah Columbus yang memproklamasikan diri dan disebarkan sebagai penemua benua Amerika.
Data dan Fakta Pembantah Penemuan Columbus
Mengapa kesalahan tentang penemuan Columbus perlu diketahui? Bukankah hal itu sudah berlalu dan menancap pada pikiran dunia bahwa memang dialah penemunya?. Dalam buku Nuzhatul Musytaq karya Al-Idrisi diceritakan bahwa pada abad kesembilan masehi ada delapan orang pemuda Arab yang tinggal di Lisabon Portugal bersumpah untuk mengarungi samudera luas, lima abad sebelum Columbus berlayar ke Amerika. Pemuda itu telah berazam (berkeinginan kuat) untuk mengarungi samudera raya, maka dipersiapkanlah perbekalan dan perlengkapan. Mereka tercatat telah melanglang buana selama tigapuluh lima tahun. Sampailah mereka di pelabuhan sebuah pantai di perairan Meksiko (negeri antara Amerika Utara dan Amerika Selatan) dan mereka tinggal di sana disambut oleh penduduk pribumi dengan penuh kegembiraan dan antusias. Setelaah pulang, merekapun menceritakan segala pengalama mereka; apa-apa yang telah mereka lihat, mulai dari binatang, tumbuh-tumbuhan sampai kejadian-kejadian lainnya. Cerita dalam buku Al-Idrisi ini telah dijadikan rujukan oleh para ahli di bidang geografi zaman sekarang.
Bahkan menurut Danzak bahwa para pelaut Arab Islam telah mengarungi samudera hingga pulau Mereda (Wilayah Portugal yang ada di samudera Atlantik), Barmuda (Wilayah Inggris yang berada di samudera Atlantik). Antiles (Wilayah Amerika tengah ditepi pantai samudera Atlantik). Dalam buku Masalikula Abshar dan Shubhul A’sya karya Al-Qalqasyandi dikatakan bahwa orang Arab Islam di Afrika Barat telah mengadakan eksplorasi di atas lautan kira-kira pada abad delapan Masehi, yaitu pada masa Pemerintahan Raja Ghana. Wilayah ini pernah pula dikuasai oleh kekhalifahan Islam yaitu pada masa al-Murabitin pada tahun 1077 Masehi. Raja Ghana tersebut telah memerintahkan sebuah eksplorasi ke samudera luas hingga batas pantai yang paling jauh. Setelah pasukan yang ditugaskannya kembali dan melaporkan beberapa hasil eksplorasi mereka, Raja Ghana merasa kurang puas dan mencoba mengadakan pelayaran sendiri dengan perbekalan dan persiapan yang lebih matang. Akan tetapi hasil laporannya yang terakhir ini tidak ada sama sekali beritanya.
Lain lagi dengan pendapat Marry Kremly, seorang ahli Bahasa yang telah mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang kebudayaan Arab dan Meksiko. Setelah diteliti dengan menggunakan Vocabulary (kosakata) dengan metode perbandingan, ternyata memiliki banyak kesamaan antara keduanya, terutama dengan nama-nama binatang dan burung-burung. Dengan dalih itulah ia yakin bahwa antara Arab dan Meksiko pernah ada jalinan hubungan yang kuat. Dalam sebuah seminar sejarah di Aula Raja Faishal II di Baghdad, Kremly mengatakan lebih jauh, bahwa para Pelaut Arab Islam telah mengadakan pelayaran hingga tepi perairan benua Amerika, tepatnya di pantai laut Mache, penghubung antara laut utara dan samudera Atlantik. Orang Arab selalu banyak meninggalkan kebudayaan-kebudayaan mereka kepada daerah-daerah yang telah mereka kunjungi. Dalih ini membuktikan bahwa benua Amerika bukan ditemukan abad lima belas sebagai yang diklaim oleh Columbus.
Geoffroy, seorang etnolog Amerika, ketika membahas asal usul keturunan bangsa Amerika dan hubungannya dengan bangsa-bangsa kuno di Amerika, mengatakan sebagai berikut: ” Bangsa Arab telah sampai ke Amerika dan telah menjalin hubungan yang kuat dengan penduduk setempat lima abad sebelum Columbus, mendatangi Amerika “. Bukti yang menguatkannya adalah adanya nama sebuah jenis tumbuh-tumbuhan di Amerika yang bernama ” Adzrah ” yang ternyata telah tersebar di dunia Islam saat itu. Selain itu telah ditemukan juga fosil bangsa Semit di tepi perairan Bukrandi.
Selain hal-hal yang dikemukakan diatas masih banyak lagi yang ditemukan sebagai bukti bahwa bangsa Arab Islam telah dahulu dating ke Amerika baik utara, tengah, maupun selatan. Di antaranya adalah: bentuk-bentuk budaya kuno yang ada di Amerika, bahasa penduduk setempat, dll. Dalam buku ” Afrika waktisyafi Amerika ” yang terdiri dari tiga jilid dikemukakan tentang penyelidikan secara mendalam pada dua puluh enam bahasa di dunia, diantaranya adalah bahasa Indian. Dalam buku karya Prof. DR. Leonard, Guru besar Harvard University, itu dikatakan bahwa: ” Bahasa Arab telah banyak mempengaruhi kepada bahasa Indian, diperkirakan pengaruh tersebut terjadi pada abad ketiga belas Masehi.
Lain lagi dengan penelitian yang diadakan oleh kepala Museum Brazilia pada abad kesembilan belas di dekat kota Rio De Janeiro, ibu kota Bazilia dulu, hasilnya, disana ditemukan tulisan Arab kuno atau tulisan Finiqie. Majalah ” Al-Alamul Yaum ” edisi Februari 1926 Masehi menyebutkan bahwa suku Aztec dan Mayas, dua suku kuno yang memiliki ” kebudayaan tinggi ” di Meksiko. Dikatakan bahwa keduanya memiliki kemiripan kebudayaan dengan Arab Islam. Dan konon kedua suku tersebut pernah hidup di bawah kekuasaan Arab Islam yaitu sekitar abad pertengahan dua belas.
Majalah New York Times bulan April 1961, memuat artikel karangan DR. Holanley yang pernah disampaikan pada dies natalis ke 171 Universitas Pennsylvania (Negara bagian sebelah timur Philadelphia, Amerika). Artikel itu mengatakan bahwa bangsa Arab telah berlayar ke samudera Atlantik, dua atau tiga abad sebelum Columbus dating ke Amerika. Menguak artikel tersebut adalah dua dokumen China yang berjudul ” Khilafus Silsilah Aljabaliah ” dengan kerangka abad dua belas. Dan yang kedua adalah ” Washfusy Su’ubil Barbariyah ” yang berkerangka abad tiga bealas.
DR. Holanley juga menguatkan dengan bukti-bukti biologis yang ia teliti selama delapan tahun, penelitian itu menunjukkan bahwa tanaman-tanaman semacam jagung Indian, mentimun Indian, dan lain sebagainya telah dikenal oleh bangsa Arab jauh sebelum Columbus dating ke sana. Perlu diketahui bahwa pendapat tersebut banyak diikuti oleh sarjana-sarjana lainnya. Di antaranya adalah DR. Lee Sung Yung, seorang Guru besar Bahasa dan Filsafat di Harvard University, begitu pula DR. Richart Rudolf. Pada akhirnya ia mengatakan: Sudah tiba saatnya bagi para Sarjana Arab untuk menyelidiki serta mengungkapkan kembali sejarahnya dengan menggunakan dasar-dasar penemuan yang telah ada.
Sayangnya walaupun berbagai penelitian dan penemuan maupun bukti-bukti sejarah mengatakan kebenaran bahwa bangsa Arab Islam telah menemukan Amerika lebih dahulu daripada Columbus namun berita itu tak pernah sampai ketelinga siswa-siswi disekolah-sekolah pada umumnya maupun berbagai Universitas. Yang masih terdengar dan dipelajari hingga sekarang adalah bahwa Columbuslah penemu Amerika, seseuatu kebohongan/kedustaan publik. Inikah bukti bahwa Barat memang sangat membenci Islam? Ataukah ” kebodohan ” orang Timur yang tak mau menggali sejarah serta mengubah kesalahan itu pada kebenaran, sistem tentunya. Karena sistemlah sesungguhnya yang menjadi penentu tersebarnya sebuah informasi.
Laksamana Zheng He
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.
Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.
”Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,” ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.
Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.
Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.
“Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut,” ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.
Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.
“Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya,” kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. “Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat.”
Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. “Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun.”
Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.
Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam. Ayah dan kakek Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.
Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun. Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.
Siapakah kiranya yang akan mampu mengubah persepsi dan informasi yang salah menjadi benar? Akankah ummat Islam pada suatu ketika nanti mampu? Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ?alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallahamdulillahi Rabbil’ Alamien.
Maraji’ (Catetan Kaki):
? Buku Peranan Bangsa Arab dalam Memajukan Ilmu Pengetahuan Kemaritiman (Drs. A. Mochtar Effendy), terjemahan dari Kitab ” Fadhalul Araby Firtiqail Ma’arif Al-Bahriyah “, Karya: Ustadz Ibrahim Muhammad Al-Faham, Terbitan: Al-Ikhlas, Surabaya, 1982.
? Majalah Sabili, No. 01 Th. V 1992.
? Buku Menggentarkan Musuh-musuh Islam, Penulis: Syaikh Al-?Allamah Dr. Abdul Qadir bin Abdul Azis Rahimahulloh, Terbitan: Senyum Media, Jakarta, 2007.
? Buku Garis Pemisah Antara Muslim Dan Kafir, Penulis: Syaikh DR. Abdur Rahman Abdul Khaliq Hafidzhahulloh, Terbitan: CV. Virdaus, Jakarta, 1992.
? Buku Sejarah Injil Dan Gereja, Penulis: Ustadz Ahmad Idris Rahimahulloh, Terbitan: Gema Insani Press (GIP), Jakarta, 1994.
Maha Benar Alloh SWT dan Maha Agung.
Wabillahit taufiq was sadaad
? Buku Peranan Bangsa Arab dalam Memajukan Ilmu Pengetahuan Kemaritiman (Drs. A. Mochtar Effendy), terjemahan dari Kitab ” Fadhalul Araby Firtiqail Ma’arif Al-Bahriyah “, Karya: Ustadz Ibrahim Muhammad Al-Faham, Terbitan: Al-Ikhlas, Surabaya, 1982.
? Majalah Sabili, No. 01 Th. V 1992.
? Buku Menggentarkan Musuh-musuh Islam, Penulis: Syaikh Al-?Allamah Dr. Abdul Qadir bin Abdul Azis Rahimahulloh, Terbitan: Senyum Media, Jakarta, 2007.
? Buku Garis Pemisah Antara Muslim Dan Kafir, Penulis: Syaikh DR. Abdur Rahman Abdul Khaliq Hafidzhahulloh, Terbitan: CV. Virdaus, Jakarta, 1992.
? Buku Sejarah Injil Dan Gereja, Penulis: Ustadz Ahmad Idris Rahimahulloh, Terbitan: Gema Insani Press (GIP), Jakarta, 1994.
Maha Benar Alloh SWT dan Maha Agung.
Wabillahit taufiq was sadaad
Created By:
Kang Faisal, SPd
Kang Faisal, SPd
0 comments: