0

SEDIKIT DARI BANYAKNYA BUKTI KEKAYAAN SAHABAT

Kekayaan Umar bin Khattab ra 
• Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2 Triliun)
• Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
• Simpanan = hutang dalam bentuk cash

Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra 
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar 
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)

Kekayaan Zubair bin Awwam ra 
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang 
• 1000 orang budak

Kekayaan Amr bin Al-Ash ra 
• 300 ribu dinar

Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra 
• Melebihi seluruh kekayaan sahabat!!

• Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar)

Bukan hanya sahabat utama yang kaya, namun juga rakyatnya hidup berkecukupan
Pada masa Umar bin Khattab ra (10 tahun bertugas),
• Mu’adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan seorang miskin pun yang layak diberi zakat (Al-Amwal, hal 596)
• Mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau +/- 18 juta/bulan (Ash-Shinnawi, 2006)

Pada masa Umar bin Abdul Azis ra (3 tahun bertugas)
• Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan”. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin Abdul Azis, hal 59)
• Surat Gubernur Bashrah, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” (Al-Amwal, hal 256)

sumber: http://spiritualpreneurship.com/?id=sirohproperti
Kita dapatkan fakta Umar sang sahabat utama Rasul adalah seorang milyarder dengan penghasilan 233 M sebulan. Meskipun penghasilan beliau sebesar itu, Umar ra menganggap dirinya bermewahmewahan jika makan lebih dari dua lauk dalam satu hidangan.
Dalam sebuah majelis, sang ustad pernah memberi taushiyah,
”Kita selalu mempelajari Sirah Nabawiyah dan Sirah para Sahabat, akan tetapi kita selalu membicarakan masalah akhlaq, keimanan, Tawakkat, ibadah dan pengorbanan mereka.”
 ”Kenapa kita tidak pernah menanyakan bagaimana kehidupan mereka ketika dikatakan dalam Sirah tersebut bahwa Umar menginfaq-kan separoh harta kekayaannya untuk perjuangan Rasulullah dan Abu Bakar seluruh kekayaannya diinfaq-kan?”
”Seakan kita hendak meneladani semua perilaku semua ibadah dan ketundukan para sahabat dalam mengejar Syurga dan tak pernah kita mencontoh bagaimana para sahabat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengapa mereka bisa berinfaq demikian luar biasa?”
 ”Seakan-akan kita tak membutuhkan bekal untuk hidup di dunia dengan mengabaikan pelajaran pola hidup mereka dalam menghadapi kehidupan. Betul sekali keyakinan kita akan halnya para sahabat yang sangat zuhud dengan dunia, akan tetapi mereka juga mengejar dunia dengan semangat luar biasa.”
 "Apakah kalian tidak ingat akan sebuah hadits – beramallah kalian untuk kehidupan akhirat seakan-akan kalian akan mati esok hari dan beramallah kalian untuk kehidupan dunia seakan-akan kalian hendak hidup selamanya?”
”Kalian yang ada di majelis ini, jangan hanya akherat saja yang kalian kejar. Kalian menjadi Zuhud yang kebablasan. Kalian tidak pernah bekerja untuk mengejar dunia kalian. Isyarat hadits ini adalah bagaimana kita menjadi Muslim yang seimbang.”
”sementara di luar sana, kebanyakan manusia mengejar dunia mati-matian, tapi lupa mempersiapkan kehidupan Akherat mereka, meski tak semua diantara mereka menjadi kaya raya, tapi perlu kalian catat bahwa banyak diantara mereka betul-betul melalaikan akheratnya.”
 Saudara, itulah nasihat sang Ustadz. Sayangnya kita sering lupa. Bahwa kita harus Kaya kalau mau naik haji. Diantara kita jarang yang mempersiapkan kekayaan untuk naik haji. Diantara kita ketika sudah memiliki kekayaan, banyak yang lupa untuk mempersiapkan diri menunaikan ibadah haji.
Satu tauladan yang patut kita tiru, meski Umar Ra memiliki penghasilan 233 Miliar sebulan, beliau menganggap dirinya bermewahan jika makan lebih dari dua lauk dalam satu hidangan...
Satu nasihat yang sangat baik untu kita kapanpun dan dimanapun adalah agar kita tidak menghabiskan gaji yang kita teima untuk konsumsi. Melainkan digunakan lebih besar untuk pembelaan terhadap agamaNya.

0 comments:

Posting Komentar