0

Pemilu AS: Bush Is Back?


Nostalgia adalah kekuatan dalam politik Amerika. Lihat saja pemilihan paruh waktu tahun ini. Demokrat ingin kembali ke tahun-tahun Clinton, ketika anggaran seimbang dan ekonomi naik pesat. Glenn Beck dan pengikut Tea Party-nya mendambakan suatu waktu sebelum Woodrow Wilson. Dan sementara Republik ingin kembali ke era 1950-an. Untuk banyak orang, masa lalu selalu lebih baik daripada saat ini.
Tapi apakah orang merindukan George W. Bush? Ketika Bush pensiun pada tahun 2009, utang nasional tercatat sebesar $ 11,3 triliun, lebih dari dua kali lipat ketika ia mulai bertugas. Perekonomian tidak pernah begitu buruk sejak The Great Depression. Warisan surplus sebesar 2,5 persen dari PDB telah menjadi defisit sebesar 3 persen dari PDB. Dan orang Amerika masih banyak yang  mati dalam dua perang. Di Rolling Stone, sejarawan Sean Wilentz menganugerahi Bush gelar "presiden terburuk dalam sejarah." Dan banyak pemilih setuju.
Tapi, selama beberapa bulan berikutnya pemikiran tentang Bush kemungkinan akan begitu menggoda. Bahkan, beberapa pemilih dan politisi mungkin akan menemukan sebuah kerinduan dalam diri mereka untuk kembali ke masa itu. Setelah hampir dua tahun tanpa ribut-ribut, dia muncul dalam Miami Book Fair, tampil diOprah, dan menikmati melunaknya sentimen publik.

Tapi ada alasan yang lebih besar mengapa nostalgia Bush akan menjadi fenomena yang sangat nyata di dalam dan di luar kekuasaan: Tea Party. Ketika Rand Paul, Sharron Angle, dan Buck tiba di Capitol Hill, baik Republiken dan Demokrat segera sadar, bahwa apapun yang tidak mereka setujui saaat ini, ini adalah partner yang lebih konstruktif dibandingkan dengan konservatif manapun yang menggantikan mereka.
Di bawah Bush, nama-nama seperti John Boehner (Speaker), Eric Cantor (Pemimpin Mayoritas), Darrell Issa (Pengawas), Jerry Lewis (Alokasi), dan Spencer Bachus (Jasa Keuangan) mendukung sepenuhnya konservatisme besar pemerintah yang oleh kaum Teh Party dicaci-maki.
Pada tahun 2001, Boehner mensponsori program No Child Left Behind, sebuah program pendidikan. Dua tahun kemudian, geng ini meluncurkan Medicare Bagian D, sebuah proyek multi-triliun-dolar.
Dan kemudian ada TARP. Alih-alih Republik mengatakan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, catatan mereka menunjukkan bahwa setelah mereka mengambil kendali, pandangan mereka terhadap pemerintahan akan tetap menjadi ekspansif. "Untuk Bush, pertanyaan itu bukanlah pemerintah versus bukan pemerintah," jelas sejarawan Julian Zelizer, "tapi sebaliknya, apa prioritas yang paling penting."
Bahkan demoralisasi Demokrat akan segera menemukan bahwa Bush tidak tampak terlalu buruk jika dilihat ulang. Sementara Obama menghabiskan sebagian besar dua tahun pertamanya menyalahkan Bush karena berbagai masalah, dan para kandidat Demokrat menghabiskan seluruh pemilihan jangka menengah. Bahkan, Bush mengejar banyak inisiatif kebijakan yang sama seperti yang dicanangkan oleh Demokrat pada paruh kedua kepemimpinan Obama.
Kesamaan yang terlalu mencolok. Selama kampanye 2008, Obama menjamin di tahun pertamnya ia akan "memiliki RUU imigrasi (yang komprehensif)," dan ketika itu tidak berhasil, ia berjanji untuk mengatasi masalah itu pada tahun 2010. Sementara itu, prioritas utama Obama lainnya, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan mungkin ditunda sampai masa jabatan kedua. Bahkan di daerah dimana posisi Obama sangat sentral, tampaknya tidak mungkin untuk menghasilkan suatu kompromi.
Hal lucu lainnya adalah Gedung Putih sekarang ini penuh dengan “Bush.” Pada tahun 2005, Bush menawarkan jalur imigran gelap untuk kewarganegaraan. Laporan terakhir telah mengungkapkan bahwa dia benar-benar mendukung sistem cap-and-trade untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara rencananya untuk memprivatisasi Jaminan Sosial tidak bisa diterima oleh Demokrat, Bush menunjukkan bahwa ia bersedia untuk menangani reformasi hak dasar. Dengan kata lain, tidak akan memakan waktu lama untuk Obama dan Partai Demokrat menyadari bahwa mereka lebih suka berurusan dengan Bush daripada dengan kaum Tea Party—bahkan jika mereka tidak pernah mengakuinya sekalipun.
Ketika mantan presiden itu mulai berencana bangkit dari bunkernya di Dallas pekan depan, pers akan membombardir dia dengan segala macam tuduhan. Keriuhan tidak akan mengubah tempat Bush dalam catatab sejarah. Tetapi mengingat badai yang bergolak di Capitol Hill, ada kesempatan baik bahwa kelas-kelas politik akan mengganti lagu mereka dalam minggu-minggu dan bulan-bulan ke depan, setidaknya secara pribadi. Seperti perkataan seorang perempuan yang patah hati, "bukankah kita tak pernah tahu yang kita miliki sampai yang kita miliki itu hilang?” Jadi, Bush kembali di Amerika, waktu akan segera menjawabnya. (sa/newsweek)
eramuslim.com

0 comments:

Posting Komentar